Rabu, 10 Desember 2008

Pasangan Gay Rentan Infeksi

Studenta | Jurnal Bogor

Hubungan seksual antara pria dengan pria yang biasa dikenal dengan sebutan gay, ternyata mewabah hingga ke kalangan mahasiswa. Gaya hidup serta lingkungan sosial menjadi faktor penting yang menjadikan seorang pria memiliki kelainan seksual. Demikian diungkapkan pakar Seksolog, Dr. Bona Simanungkalit kepada Studenta Jurnal Bogor, kemarin.

Bona mengatakan, menjadi gay terkadang bukanlah sebuah pilihan hidup. Faktor genetik yang dibawa seorang manusia sejak lahir sebenarnya tak bisa dielakkan. “Tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa menentukan siapa dan bagaimana jalan hidupnya. Itulah yang dinamakan takdir. Permasalahannya adalah, bagaimana cara kita menyikapi takdir itu,” kata Bona.

Dalam dunia kesehatan, lanjut Bona, hubungan seks yang dilakukan oleh pasangan sesama jenis merupakan perilaku yang perlu dikaji ulang dan dipahami. Secara genetik hal tersebut merupakan kehendak Tuhan. Tidak ada seorang di dunia ini yang meminta seperti apa jenis kelaminnya dan bagaimana pola seksualnya.

Menurut Bona, setiap manusia memiliki hormon andogen dan estrogen. Pada pria, jumlah hormon andogennya lebih banyak, sehingga pria tersebut terkesan macho. Sedangkan pada wanita jumlah estrogennya lebih banyak, sehingga wanita tersebut terkesan feminim. Tetapi, pada pria yang memiliki kelainan seksual, jumlah hormon andogen dan estrogennya berimbang.

“Pada lelaki gay, jumlah hormon andogen dan estrogen yang sama membuatnya menjadi penyuka sesama jenis. Untuk itu, perlu kita maklumi karena gen tersebut sudah dibawanya sejak lahir,” ujar Bona.

Ditambahkan Bona, faktor genetik yang menyebabkan seorang laki-laki menjadi gay merupakan kodrat alam. Hal tersebut sebenarnya dapat disembuhkan dengan terapi dan bimbingan dari orang terdekat. Lain halnya jika laki-laki tersebut menjadi gay karena faktor traumatik atau faktor lingkungan. Perilaku tersebut semestinya harus segera ditangani.

Diungkapkan Bona, pasangan gay sangat rentan terhadap penyakit terutama infeksi pada dubur dan alat kelamin. Hal itu disebabkan karena bakteri dan kuman yang terdapat di daerah dubur dan alat kelamin sangat kotor.

Selain itu, pasangan gay juga rentan terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS), dan tidak menutup kemungkinan dapat tertular hepatitis C dan HIV/AIDS. “Saat berhubungan seks, alat kelamin bergesekan dengan dubur. Itu bisa menyebabkan luka, dan lecet, sehingga tak menutup kemungkinan dapat terkena infeksi,” jelasnya.

Lebih lanjut Bona mengatakan, penyakit kelamin yang diderita lelaki gay dapat diobati melalui penanganan dokter. Tetapi dari sisi psikologinya, penyimpangan seksual yang dilakukan oleh para gay dapat ditangani dengan memberikan pendidikan seks dengan tepat serta pengertian orang-orang terdekat. “Jangan pernah menyalahkan lelaki gay jika belum tahu apa sebab dan alasan mereka menjadi gay. Siapa tahu salah seorang anggota keluarga kita juga seorang gay,” tandasnya.  Kenis S | Vabriandy

Tidak ada komentar: