Rabu, 10 Desember 2008

Eksistensi Mahasiswa Gay, 56 Persen Salahkan Pergaulan

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Pasangan Gay Rentan Infeksi

Studenta | Jurnal Bogor

Hubungan seksual antara pria dengan pria yang biasa dikenal dengan sebutan gay, ternyata mewabah hingga ke kalangan mahasiswa. Gaya hidup serta lingkungan sosial menjadi faktor penting yang menjadikan seorang pria memiliki kelainan seksual. Demikian diungkapkan pakar Seksolog, Dr. Bona Simanungkalit kepada Studenta Jurnal Bogor, kemarin.

Bona mengatakan, menjadi gay terkadang bukanlah sebuah pilihan hidup. Faktor genetik yang dibawa seorang manusia sejak lahir sebenarnya tak bisa dielakkan. “Tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa menentukan siapa dan bagaimana jalan hidupnya. Itulah yang dinamakan takdir. Permasalahannya adalah, bagaimana cara kita menyikapi takdir itu,” kata Bona.

Dalam dunia kesehatan, lanjut Bona, hubungan seks yang dilakukan oleh pasangan sesama jenis merupakan perilaku yang perlu dikaji ulang dan dipahami. Secara genetik hal tersebut merupakan kehendak Tuhan. Tidak ada seorang di dunia ini yang meminta seperti apa jenis kelaminnya dan bagaimana pola seksualnya.

Menurut Bona, setiap manusia memiliki hormon andogen dan estrogen. Pada pria, jumlah hormon andogennya lebih banyak, sehingga pria tersebut terkesan macho. Sedangkan pada wanita jumlah estrogennya lebih banyak, sehingga wanita tersebut terkesan feminim. Tetapi, pada pria yang memiliki kelainan seksual, jumlah hormon andogen dan estrogennya berimbang.

“Pada lelaki gay, jumlah hormon andogen dan estrogen yang sama membuatnya menjadi penyuka sesama jenis. Untuk itu, perlu kita maklumi karena gen tersebut sudah dibawanya sejak lahir,” ujar Bona.

Ditambahkan Bona, faktor genetik yang menyebabkan seorang laki-laki menjadi gay merupakan kodrat alam. Hal tersebut sebenarnya dapat disembuhkan dengan terapi dan bimbingan dari orang terdekat. Lain halnya jika laki-laki tersebut menjadi gay karena faktor traumatik atau faktor lingkungan. Perilaku tersebut semestinya harus segera ditangani.

Diungkapkan Bona, pasangan gay sangat rentan terhadap penyakit terutama infeksi pada dubur dan alat kelamin. Hal itu disebabkan karena bakteri dan kuman yang terdapat di daerah dubur dan alat kelamin sangat kotor.

Selain itu, pasangan gay juga rentan terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS), dan tidak menutup kemungkinan dapat tertular hepatitis C dan HIV/AIDS. “Saat berhubungan seks, alat kelamin bergesekan dengan dubur. Itu bisa menyebabkan luka, dan lecet, sehingga tak menutup kemungkinan dapat terkena infeksi,” jelasnya.

Lebih lanjut Bona mengatakan, penyakit kelamin yang diderita lelaki gay dapat diobati melalui penanganan dokter. Tetapi dari sisi psikologinya, penyimpangan seksual yang dilakukan oleh para gay dapat ditangani dengan memberikan pendidikan seks dengan tepat serta pengertian orang-orang terdekat. “Jangan pernah menyalahkan lelaki gay jika belum tahu apa sebab dan alasan mereka menjadi gay. Siapa tahu salah seorang anggota keluarga kita juga seorang gay,” tandasnya.  Kenis S | Vabriandy

Rabu, 19 November 2008

Melanggar Dianggap Wajar, 80 Persen Mahasiswa Lakukan Titip Absen

Studenta | Jurnal Bogor
Absensi adalah agenda rutin yang tak terpisahkan dalam kegiatan akdemik di perguruan tinggi. Apalagi bagi mahasiswa, persentase kehadiran mahasiswa merupakan salah satu hal yang mempengaruhi nilai mata kuliah selain tugas dan ujian.

Berdasarkan pengamatan tim Studenta, beberapa perguruan tinggi menjadikan sekian persen kehadiran sebagai salah satu syarat mahasiswa untuk dapat mengikuti ujian atau kelulusan mata kuliah. Jadi, mahasiwa masih dapat absen dari perkuliahan selama tidak melebihi jumlah yang diatur perguruan tinggi.

Walau begitu, berdasarkan survey yang dilakukan tim Studenta Jurnal Bogor kepada 100 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bogor dan sekitarnya, 80 mahasiswa justru mengaku pernah melakukan titip absen saat kuliah maupun praktikum berlangsung.

Dari 80 mahasiswa tersebut, 76,25 persen di antaranya melakukan titip absen sebanyak satu sampai lima kali dalam satu semester, 11,25 persen lainnya enam hingga sepuluh kali, dan sisanya lebih dari 10 kali.

Angka 80 mahasiswa yang kerap melakukan titip absen adalah jumlah yang cukup tinggi. Namun, mahasiswa sebagai insan akademis itu menganggap titip absen ketika jam kuliah maupun praktikum berlangsung merupakan sesuatu yang wajar. Sebanyak 71 persen dari 100 mahasiswa mengaku, titip absen adalah sesuatu yang lumrah meski sudah ada jatah absen yang ditentukan dari perguruan tinggi.

Meski begitu, mereka menyadari, tindakan tersebut adalah salah satu bentuk pelanggaran tata tertib kampus. Jadi sebenarnya, apa penyebab banyak mahasiswa melakukan titip absen?

Ketika tim Studenta Jurnal Bogor menanyakan hal ini kepada 80 mahasiswa yang pernah melakukan titip absen, ancaman tidak boleh mengikuti ujian lah yang banyak mendorong mereka melakukannya. Seperti diungkapkan Winny, mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ternama di Bogor. Menurutnya, mahasiswa yang melakukan titip absen adalah mahasiswa yang sudah menghabiskan jatah bolos yang telah ditentukan oleh kampus. “Jadi, daripada ujian dicekal, lebih baik titip absen kalau mau bolos lagi,” ungkapnya kepada Studenta Jurnal Bogor, kemarin.

Sementara mahasiswa lainnya mengaku titip absen lantaran malas akibat cara mengajar dosen yang dianggap membosankan. Selain itu juga mereka juga beralasan titip absen karena tidak menyukai mata kuliah tertentu. Seperti diungkapkan salah satu responden yang enggan disebutkan namanya. Ia mengaku akan membolos kuliah atau praktikum, jika cara penyampaian materi sang dosen dirasa membosankan. "Daripada mengikuti kuliah tapi menjemukan, lebih baik saya tak ikut perkuliahan dan titip absen pada teman. Yang penting pada saat ujian, saya bisa," katanya.

Melihat fenomena tersebut, Drh Noesje Soesilowati, M.Sc , Dosen Komunikasi Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan bahwa titip absen merupakan tindak kriminal. “Titip absen adalah sebuah bentuk ketidakjujuran seeorang. Jika hal kecil seperti ini dibasakan, akan dibawa kemana masyarakat kita? Masa mahasiswa harus selalu diperiksa absennya sih oleh dosen biar mereka jujur?” tutur Noesje kepada Studenta Jurnal Bogor.

Dikatakan dia, tindakan ini akan merugikan beberapa pihak, tidak hanya diri sendiri tetapi juga orang lain. “Dengan titip absen, mahasiswa akan rugi karena akan mendapat hukuman dari kampus dan kehilangan satu materi kuliah. Di samping itu, dia juga akan merugikan temannya yang sudah mengisi absennya, yang dapat punishment kan yang nitip dan dititipin,” jelasnya.

Selain itu, ditambakan Noesje, kebiasaan titip absen bisa menjadi awal penyalahgunaan tandatangan seseorang. “Titip absen biasanya karena kita dekat dengan seseorang dan dia tahu bagaimana memalsukan tandatangan kita. Kalau sudah terbiasa titip absen maka bisa saja terbawa ke dunia kerja. Ada orang yang kita percaya di kantor, dia tahu tandatangan kita, maka bisa jadi dia memalsukan tandatangan kita. Hal ini bisa sangat merugikan, apalagi kalau memalsukan tandatangan demi materi,” pungkasnya. n Tim Studenta

Bajigur Night - Diploma IPB, Usung Nuansa Kekeluargaan

Studenta | Jurnal Bogor
Rabu (19/11), sekitar 1.500 civitas akademika Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) memadati parkiran utama kampus IPB Cilibende. Selain pelepasan mahasiswa Diploma IPB angkatan 42, acara itu juga mampu menjadi ajang silaturahmi yang mempererat hubungan kekeluargaan antara mahasiswa dan staf pengajar.

Nuansa kekeluargaan nampak dari dekorasi yang sederhana dan sajian tradisional khas Bogor, mulai dari bajigur, siomay, jagung rebus, kacang, sekoteng, hingga bakso. Acara yang bertajuk Bajigur Night itu turut dihadiri Direktur Diploma, Prof. Dr. Ir. Zairin Junior, M.Sc, beserta wakilnya, drh. Ligaya ITA TUmbelaka, SpMP, M.Sc, dan Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr.

”Kami mengetengahkan suasana pedesaan karena IPB merupakan simbol pertanian yang dekat dengan kehidupan alam. Adapun penamaan Bajigur Night sebab minuman tradisional itu berasal dari Bogor,” ungkap Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr, wakil direktur II, bidang pengembangan dan kerjasama, kepada Studenta Jurnal Bogor, tadi malam.

Sementara itu, Andika Zachryan, crew Bajigur Night mengatakan, acara tersebut menghadirkan sepuluh gerobak beserta pedagangnya. ”Semua hidangan yang kami sediakan dapat dinikmati secara gratis alias cuma-cuma,” tandasnya. n Ruth F. Manullang | Julvahmi

Titip Absen, Akar Kejahatan Akademik

Studenta | Jurnal Bogor
Titip absen yang membudaya di kalangan mahasiswa dapat dikategorikan sebagai akar dari tindak kejahatan akademik di Universitas. Tindak kejahatan tersebut berupa kebohongan, dan kecurangan mahasiswa dalam pengerjaan tugas. Demikian yang diungkapkan Nanik Retnowati M.Hum, kepala jurusan pendidikan bahasa Inggris Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor kepada Studenta Jurnal Bogor, kemarin.

Dikatakan Nanik, tidak ada toleransi bagi mahasiswa yang ketahuan titip absen. Bahkan, ia akan memberikan sanksi tidak lulus bagi mahasiswa pada mata kuliah yang dipegangnya. “Titip absen sudah menjadi budaya turun-temurun mahasiswa, jadi kalau tidak dibasmi tidak akan ada habisnya. Saya memberikan sanksi tegas bagi mahasiswa yang melakukannya,” tegasnya.

Selain pemberian sanksi yang tegas, lanjut Nanik, perlu adanya hubungan persuasif antara dosen dan mahasiswanya. Hubungan persuasif tersebut dapat dibentuk dengan cara pendekatan secara emosional antara mahasiswa dan dosen. Hal itu juga berperan untuk mengingatkan mahasiswa tentang dasar dan tujuan mahasiswa datang ke kampus.

“Sebenarnya, jika mahasiswa titip absen, yang rugi itu mahasiswanya, karena mereka yang mencari ilmu di perguruan tinggi. Sedangkan kami para dosen adalah tenaga pengajar yang siap sedia membagi ilmu dengan mahasiswa,” ungkapnya.. Maraknya titip absen yang dilakukan mahasiswa, membuat prihatin para dosen pengajar. Selain itu, mahasiswa juga membuat duka bagi keluarga dan orang-orang terdekatnya. “Titip absen sama saja berbohong pada keluarga, dosen, dan terutama diri sendiri,” lanjutnya.

Lebih lanjut Nanik mengatakan, titip absen yang dilakukan mahasiswa dapat diantisipasi dosen dengan cara mengabsensi mahasiswa secara oral dan memberi tugas mahasiswa pada tiap kali pertemuan. Selain itu, dosen tidak hanya berperan sebagai tenaga pengajar saja, tetapi juga sebagai teman yang mengerti dengan keadaan mahasiswanya.

Bagi Nanik, mahasiswa yang titip absen adalah para penjahat kampus, karena walau bagaimanapun juga mahasiswa yang titip absen tidak ingin rugi dengan nilai. Oleh karena itu, mereka lakukan berbagai cara untuk mendapatkan nilai dengan mudah. Apalagi kalau bukan dengan cara menyontek pekerjaan teman. “Tidak gampang untuk menumbuhkan kesadaran mahasiswa tentang makna kuliah. Untuk itu dituntut peran serta dosen sebagai orang terdekat mahasiswa dikampus,” jelasnya.

Jika dipandang dari sudut mahasiswa, menurutnya, titip absen bisa jadi hal lumrah karena mereka merasa mempunyai berbagai kepentingan lain di samping mengikuti kuliah. Untuk itu Nanik berharap agar para mahasiswa mampu membuat prioritas dan memanajemennya sebaik mungkin. “Menjadi mahasiswa akan sulit ketika mahasiswa tidak mampu memprioritaskan hidupnya,” tandasnya. n Kenis | Vabriandy