Minggu, 16 November 2008
Eksistensi Pers Mahasiswa, Masihkah Ngurusin Kampus?
Studenta | Jurnal Bogor
Media kampus yang dimotori aktivitas pers mahasiswa ternyata mampu menjadi wadah kreasi yang menyampaikan informasi seputar kejadian yang terjadi di kampus tersebut. Berdasarkan penelusuran Studenta Jurnal Bogor, media kampus dianggap sebagai organisasi ideal dan mandiri,yang melakukan peliputan secara mendalam, sehingga menyajikan informasi yang aktual, tepat, terpercaya, dan berimbang.
Salahsatunya ialah Eksplore, yakni lembaga pers mahasiswa yang didirikan oleh mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ibn Khaldun (FKIP-UIKA) Bogor."Kebutuhan mahasiswa akan informasi menjadi alasan dibentuknya Eksplore. Media ini berbentuk buletin berbahasa Inggris, yang mengangkat masalah dunia dari sudut pandang mahasiswa." ungkap Heri Septiawan, awak redaksi Eksplore kepada Studenta Jurnal Bogor, kemarin.
Tak jauh berbeda dengan UIKA, IPB juga memiliki pers mahasiswa bernama Koran Kampus IPB yang berdiri sejak 2001. ”Memang ada yang belum menyadari eksistensi Koran Kampus IPB. Karena itu, pendistribusian dilakukan oleh seluruh anggota Koran Kampus yang menyebar di tiap fakultas agar merata,” jelas Randy Swandaru, Pemimpin Redaksi Koran Kampus (Koran kampus) IPB.
Untuk isi tulisan, Koran Kampus menyajikan fenomena dan kondisi up to date yang terjadi di IPB. ” Kami mengetengahkan hal-hal penting yang mungkin tidak diketahui mahasiswa IPB. Seperti masalah beasiswa dan kenaikan biaya kuliah. Tak jarang kami mengkritisi keadaan kampus. Contohnya, kami pernah mengkritisi fasilitas poliklinik IPB yang belum memadai lewat karikatur” tutur Faris Priyanto, Redaktur Pelaksana 2 Koran Kampus IPB.
Ditegaskan Faris, Koran Kampus selalu berusaha independen dan berimbang dalam memberitakan sesuatu. ”Kami selalu tanya pihak-pihak yang terkait dengan topik tulisan yang kami angkat, sehingga beritanya berimbang,” katanya. Di tempat berbeda, Universitas Djuanda (UNIDA) juga memiliki pers mahasiswa bernama Edukasi, yang menjadikan pelaku dunia pendidikan sebagai subyek berita. ”Edukasi mengusung tulisan-tulisan yang mengangkat berita khusus di dunia pendidikan, seperti kebijakan dan prestasi dunia pendidikan,” ungkap Pemimpin Redaksi Edukasi, Opik.
Selain itu, Opik menegaskan kampus mendukung penuh eksistensi Edukasi yang dianggap positif. ”Kampus memberikan bantuan moril sampai ke materil yang sangat membantu kami,” lanjutnya. Sementara itu, pers mahasiswa Universitas Pakuan (UNPAK) juga aktif mengudara lewat Radio Suara Pakuan, yang menurut Dadang Ismunandar, salah seorang pembina dan pendiri Suara Pakuan, radio ini dijadikan salah satu alternatif media informasi yang jangkauannya mencapai dua kilometer.”Selain itu Suara Pakuan merupakan radio FM pertama yang bekerja sama dengan Voice Of America (VOA),” terangnya.
Di balik semangat para jurnalis kampus itu, sederet kendala masih menghadang eksistensi mereka. Seperti kendala pembiayaan, seperti yang dialami Koran Kampus IPB dan Suara Pakuan. ”Masalahnya, dana dari kampus tidak rutin turun untuk pendanaan produksi. Pada akhirnya, kami juga harus mencari dana sendiri. Salah satunya dengan pemasangan iklan,” ucap Randy.
Meski begitu, Randy mengaku mendapat sisi positifnya, yaitu independensi mereka makin kokoh, karena tak merasa berhutang budi terhadap biaya yang dikeluarkan kampus. Para insan pers kampus pun tetap menyisakan harapan untuk keberadaan pers mahasiswa secara lebih luas. Harapan itu dikemukakan Randy, di mana Koran Kampus sebenarnya menginginka adanya pembentukan wadah pers mahasiswa pada tingkat yang lebih luas dari lingkungan intern kampus, untuk mempersatukan seluruh mahasiswa Indonesia..
”Mahasiswa merupakan orang-orang idealis yang mengemban tugas untuk membangun bangsa ini, di mana kami berkeyakinan masyarakat yang bagus terbentuk karena bidang jurnalistiknya juga bagus,” tandas Randy. Gita| Kenis | Vabriandi
Media kampus yang dimotori aktivitas pers mahasiswa ternyata mampu menjadi wadah kreasi yang menyampaikan informasi seputar kejadian yang terjadi di kampus tersebut. Berdasarkan penelusuran Studenta Jurnal Bogor, media kampus dianggap sebagai organisasi ideal dan mandiri,yang melakukan peliputan secara mendalam, sehingga menyajikan informasi yang aktual, tepat, terpercaya, dan berimbang.
Salahsatunya ialah Eksplore, yakni lembaga pers mahasiswa yang didirikan oleh mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ibn Khaldun (FKIP-UIKA) Bogor."Kebutuhan mahasiswa akan informasi menjadi alasan dibentuknya Eksplore. Media ini berbentuk buletin berbahasa Inggris, yang mengangkat masalah dunia dari sudut pandang mahasiswa." ungkap Heri Septiawan, awak redaksi Eksplore kepada Studenta Jurnal Bogor, kemarin.
Tak jauh berbeda dengan UIKA, IPB juga memiliki pers mahasiswa bernama Koran Kampus IPB yang berdiri sejak 2001. ”Memang ada yang belum menyadari eksistensi Koran Kampus IPB. Karena itu, pendistribusian dilakukan oleh seluruh anggota Koran Kampus yang menyebar di tiap fakultas agar merata,” jelas Randy Swandaru, Pemimpin Redaksi Koran Kampus (Koran kampus) IPB.
Untuk isi tulisan, Koran Kampus menyajikan fenomena dan kondisi up to date yang terjadi di IPB. ” Kami mengetengahkan hal-hal penting yang mungkin tidak diketahui mahasiswa IPB. Seperti masalah beasiswa dan kenaikan biaya kuliah. Tak jarang kami mengkritisi keadaan kampus. Contohnya, kami pernah mengkritisi fasilitas poliklinik IPB yang belum memadai lewat karikatur” tutur Faris Priyanto, Redaktur Pelaksana 2 Koran Kampus IPB.
Ditegaskan Faris, Koran Kampus selalu berusaha independen dan berimbang dalam memberitakan sesuatu. ”Kami selalu tanya pihak-pihak yang terkait dengan topik tulisan yang kami angkat, sehingga beritanya berimbang,” katanya. Di tempat berbeda, Universitas Djuanda (UNIDA) juga memiliki pers mahasiswa bernama Edukasi, yang menjadikan pelaku dunia pendidikan sebagai subyek berita. ”Edukasi mengusung tulisan-tulisan yang mengangkat berita khusus di dunia pendidikan, seperti kebijakan dan prestasi dunia pendidikan,” ungkap Pemimpin Redaksi Edukasi, Opik.
Selain itu, Opik menegaskan kampus mendukung penuh eksistensi Edukasi yang dianggap positif. ”Kampus memberikan bantuan moril sampai ke materil yang sangat membantu kami,” lanjutnya. Sementara itu, pers mahasiswa Universitas Pakuan (UNPAK) juga aktif mengudara lewat Radio Suara Pakuan, yang menurut Dadang Ismunandar, salah seorang pembina dan pendiri Suara Pakuan, radio ini dijadikan salah satu alternatif media informasi yang jangkauannya mencapai dua kilometer.”Selain itu Suara Pakuan merupakan radio FM pertama yang bekerja sama dengan Voice Of America (VOA),” terangnya.
Di balik semangat para jurnalis kampus itu, sederet kendala masih menghadang eksistensi mereka. Seperti kendala pembiayaan, seperti yang dialami Koran Kampus IPB dan Suara Pakuan. ”Masalahnya, dana dari kampus tidak rutin turun untuk pendanaan produksi. Pada akhirnya, kami juga harus mencari dana sendiri. Salah satunya dengan pemasangan iklan,” ucap Randy.
Meski begitu, Randy mengaku mendapat sisi positifnya, yaitu independensi mereka makin kokoh, karena tak merasa berhutang budi terhadap biaya yang dikeluarkan kampus. Para insan pers kampus pun tetap menyisakan harapan untuk keberadaan pers mahasiswa secara lebih luas. Harapan itu dikemukakan Randy, di mana Koran Kampus sebenarnya menginginka adanya pembentukan wadah pers mahasiswa pada tingkat yang lebih luas dari lingkungan intern kampus, untuk mempersatukan seluruh mahasiswa Indonesia..
”Mahasiswa merupakan orang-orang idealis yang mengemban tugas untuk membangun bangsa ini, di mana kami berkeyakinan masyarakat yang bagus terbentuk karena bidang jurnalistiknya juga bagus,” tandas Randy. Gita| Kenis | Vabriandi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar