Minggu, 16 November 2008

Pers Mahasiswa sebagai Alat Kontrol Kampus

Studenta | Jurnal Bogor
Pers mahasiswa bisa menjadi alat kontrol di kampus. Demikian disampaikan Kepala Redaksi Foto Antara, Hermanus Priatna. “Pers mahasiswa dapat memberi informasi kepada seluruh civitas akademik apa yang terjadi di dalam kampus, misalnya masalah hangat yang diperbincangkan, isu yang beredar, atau bagaimana keadaan perkuliahan,” ujar Hermanus kepada Studenta Jurnal Bogor, kemarin.

Dikatakan Hermanus, permasalahan-permasalahan seputar kampus atau yang biasa dihadapi mahasiswa, seperti biaya kuliah yang dirasakan terlalu menjadi beban, bila diberitakan akan membuka informasi dan komunikasi yang bisa jadi selama ini tertutup. ”Bisa saja manajemen keuangan kampus yang membacanya menjadi tergugah. Dengan begitu, pers mahasiswa telah menjalankan fungsinya sebagai alat kontrol untuk masyarakat kampus,” ujar Hermanus.

Selain menjadi media komunikasi yang memberi informasi baik peristiwa internal maupun eksternal kampus, tambah Hermanus, pers mahasiswa juga dapat menjadi ajang mengasah serta mengembangkan kemampuan mahasiswa yang tertarik di bidang jurnalistik, baik itu bidang menulis, fotografi, atau penyiaran.

“Setahu saya, ada orang yang memulai kemampuan menulisnya dari mading (majalah dinding-red) sekolah dan pers mahasiswa, kemudian dia menjadi wartawan. Bahkan penulis handal pun mengasah kemampuan menulisnya sejak masa mahasiswa,” ungkap lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) yang telah 18 tahun menekuni dunia fotografi jurnalistik itu.

Hermanus menambahkan, pers mahasiswa juga berperan sebagai ajang promosi, seperti dalam pemilihan senat atau presiden mahasiswa. “Dengan adanya pers mahasiswa, calon-calon pemimpin mahasiswa dapat menyalurkan ide dan pemikirannya melalui tulisan, sehingga mahasiswa lain bisa menilai calon mana yang berkompeten untuk mengembangkan kampus mereka,” papar Hermanus.

Walau begitu, katanya, pers mahasiswa bukan ajang promosi satu golongan atau kelompok tertentu. “ Pers mahasiswa itu harus berimbang. Kalau memang pers itu mengalami polusi dari awal, maka harus ada rem yang menjaga arah pers mahasiswa tersebut.,” tegasnya. Ia juga berpesan agar isi media kampus jangan melenceng dari kehidupan kampus. Karena terkadang, ada hal-hal yang tidak disadari oleh pers mahasiswa dengan membuat cakupan berita yang terlalu luas dan mendunia.

Hermanus juga mengingatkan, biasanya orang cenderung lebih peduli dengan hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri. ”Sebaiknya pers mahasiswa membahas kegiatan kampus, jangan terlalu membahas global, misalnya global warming dan krisis global. Namun jika itu bisa dikaitkan dengan keadaan kampus, yah, silahkan saja dimuat,”pungkasnya. Ruth FM | Eka A

Tidak ada komentar: