Rabu, 19 November 2008
Melanggar Dianggap Wajar, 80 Persen Mahasiswa Lakukan Titip Absen
Studenta | Jurnal Bogor
Absensi adalah agenda rutin yang tak terpisahkan dalam kegiatan akdemik di perguruan tinggi. Apalagi bagi mahasiswa, persentase kehadiran mahasiswa merupakan salah satu hal yang mempengaruhi nilai mata kuliah selain tugas dan ujian.
Berdasarkan pengamatan tim Studenta, beberapa perguruan tinggi menjadikan sekian persen kehadiran sebagai salah satu syarat mahasiswa untuk dapat mengikuti ujian atau kelulusan mata kuliah. Jadi, mahasiwa masih dapat absen dari perkuliahan selama tidak melebihi jumlah yang diatur perguruan tinggi.
Walau begitu, berdasarkan survey yang dilakukan tim Studenta Jurnal Bogor kepada 100 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bogor dan sekitarnya, 80 mahasiswa justru mengaku pernah melakukan titip absen saat kuliah maupun praktikum berlangsung.
Dari 80 mahasiswa tersebut, 76,25 persen di antaranya melakukan titip absen sebanyak satu sampai lima kali dalam satu semester, 11,25 persen lainnya enam hingga sepuluh kali, dan sisanya lebih dari 10 kali.
Angka 80 mahasiswa yang kerap melakukan titip absen adalah jumlah yang cukup tinggi. Namun, mahasiswa sebagai insan akademis itu menganggap titip absen ketika jam kuliah maupun praktikum berlangsung merupakan sesuatu yang wajar. Sebanyak 71 persen dari 100 mahasiswa mengaku, titip absen adalah sesuatu yang lumrah meski sudah ada jatah absen yang ditentukan dari perguruan tinggi.
Meski begitu, mereka menyadari, tindakan tersebut adalah salah satu bentuk pelanggaran tata tertib kampus. Jadi sebenarnya, apa penyebab banyak mahasiswa melakukan titip absen?
Ketika tim Studenta Jurnal Bogor menanyakan hal ini kepada 80 mahasiswa yang pernah melakukan titip absen, ancaman tidak boleh mengikuti ujian lah yang banyak mendorong mereka melakukannya. Seperti diungkapkan Winny, mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ternama di Bogor. Menurutnya, mahasiswa yang melakukan titip absen adalah mahasiswa yang sudah menghabiskan jatah bolos yang telah ditentukan oleh kampus. “Jadi, daripada ujian dicekal, lebih baik titip absen kalau mau bolos lagi,” ungkapnya kepada Studenta Jurnal Bogor, kemarin.
Sementara mahasiswa lainnya mengaku titip absen lantaran malas akibat cara mengajar dosen yang dianggap membosankan. Selain itu juga mereka juga beralasan titip absen karena tidak menyukai mata kuliah tertentu. Seperti diungkapkan salah satu responden yang enggan disebutkan namanya. Ia mengaku akan membolos kuliah atau praktikum, jika cara penyampaian materi sang dosen dirasa membosankan. "Daripada mengikuti kuliah tapi menjemukan, lebih baik saya tak ikut perkuliahan dan titip absen pada teman. Yang penting pada saat ujian, saya bisa," katanya.
Melihat fenomena tersebut, Drh Noesje Soesilowati, M.Sc , Dosen Komunikasi Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan bahwa titip absen merupakan tindak kriminal. “Titip absen adalah sebuah bentuk ketidakjujuran seeorang. Jika hal kecil seperti ini dibasakan, akan dibawa kemana masyarakat kita? Masa mahasiswa harus selalu diperiksa absennya sih oleh dosen biar mereka jujur?” tutur Noesje kepada Studenta Jurnal Bogor.
Dikatakan dia, tindakan ini akan merugikan beberapa pihak, tidak hanya diri sendiri tetapi juga orang lain. “Dengan titip absen, mahasiswa akan rugi karena akan mendapat hukuman dari kampus dan kehilangan satu materi kuliah. Di samping itu, dia juga akan merugikan temannya yang sudah mengisi absennya, yang dapat punishment kan yang nitip dan dititipin,” jelasnya.
Selain itu, ditambakan Noesje, kebiasaan titip absen bisa menjadi awal penyalahgunaan tandatangan seseorang. “Titip absen biasanya karena kita dekat dengan seseorang dan dia tahu bagaimana memalsukan tandatangan kita. Kalau sudah terbiasa titip absen maka bisa saja terbawa ke dunia kerja. Ada orang yang kita percaya di kantor, dia tahu tandatangan kita, maka bisa jadi dia memalsukan tandatangan kita. Hal ini bisa sangat merugikan, apalagi kalau memalsukan tandatangan demi materi,” pungkasnya. n Tim Studenta
Absensi adalah agenda rutin yang tak terpisahkan dalam kegiatan akdemik di perguruan tinggi. Apalagi bagi mahasiswa, persentase kehadiran mahasiswa merupakan salah satu hal yang mempengaruhi nilai mata kuliah selain tugas dan ujian.
Berdasarkan pengamatan tim Studenta, beberapa perguruan tinggi menjadikan sekian persen kehadiran sebagai salah satu syarat mahasiswa untuk dapat mengikuti ujian atau kelulusan mata kuliah. Jadi, mahasiwa masih dapat absen dari perkuliahan selama tidak melebihi jumlah yang diatur perguruan tinggi.
Walau begitu, berdasarkan survey yang dilakukan tim Studenta Jurnal Bogor kepada 100 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bogor dan sekitarnya, 80 mahasiswa justru mengaku pernah melakukan titip absen saat kuliah maupun praktikum berlangsung.
Dari 80 mahasiswa tersebut, 76,25 persen di antaranya melakukan titip absen sebanyak satu sampai lima kali dalam satu semester, 11,25 persen lainnya enam hingga sepuluh kali, dan sisanya lebih dari 10 kali.
Angka 80 mahasiswa yang kerap melakukan titip absen adalah jumlah yang cukup tinggi. Namun, mahasiswa sebagai insan akademis itu menganggap titip absen ketika jam kuliah maupun praktikum berlangsung merupakan sesuatu yang wajar. Sebanyak 71 persen dari 100 mahasiswa mengaku, titip absen adalah sesuatu yang lumrah meski sudah ada jatah absen yang ditentukan dari perguruan tinggi.
Meski begitu, mereka menyadari, tindakan tersebut adalah salah satu bentuk pelanggaran tata tertib kampus. Jadi sebenarnya, apa penyebab banyak mahasiswa melakukan titip absen?
Ketika tim Studenta Jurnal Bogor menanyakan hal ini kepada 80 mahasiswa yang pernah melakukan titip absen, ancaman tidak boleh mengikuti ujian lah yang banyak mendorong mereka melakukannya. Seperti diungkapkan Winny, mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ternama di Bogor. Menurutnya, mahasiswa yang melakukan titip absen adalah mahasiswa yang sudah menghabiskan jatah bolos yang telah ditentukan oleh kampus. “Jadi, daripada ujian dicekal, lebih baik titip absen kalau mau bolos lagi,” ungkapnya kepada Studenta Jurnal Bogor, kemarin.
Sementara mahasiswa lainnya mengaku titip absen lantaran malas akibat cara mengajar dosen yang dianggap membosankan. Selain itu juga mereka juga beralasan titip absen karena tidak menyukai mata kuliah tertentu. Seperti diungkapkan salah satu responden yang enggan disebutkan namanya. Ia mengaku akan membolos kuliah atau praktikum, jika cara penyampaian materi sang dosen dirasa membosankan. "Daripada mengikuti kuliah tapi menjemukan, lebih baik saya tak ikut perkuliahan dan titip absen pada teman. Yang penting pada saat ujian, saya bisa," katanya.
Melihat fenomena tersebut, Drh Noesje Soesilowati, M.Sc , Dosen Komunikasi Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan bahwa titip absen merupakan tindak kriminal. “Titip absen adalah sebuah bentuk ketidakjujuran seeorang. Jika hal kecil seperti ini dibasakan, akan dibawa kemana masyarakat kita? Masa mahasiswa harus selalu diperiksa absennya sih oleh dosen biar mereka jujur?” tutur Noesje kepada Studenta Jurnal Bogor.
Dikatakan dia, tindakan ini akan merugikan beberapa pihak, tidak hanya diri sendiri tetapi juga orang lain. “Dengan titip absen, mahasiswa akan rugi karena akan mendapat hukuman dari kampus dan kehilangan satu materi kuliah. Di samping itu, dia juga akan merugikan temannya yang sudah mengisi absennya, yang dapat punishment kan yang nitip dan dititipin,” jelasnya.
Selain itu, ditambakan Noesje, kebiasaan titip absen bisa menjadi awal penyalahgunaan tandatangan seseorang. “Titip absen biasanya karena kita dekat dengan seseorang dan dia tahu bagaimana memalsukan tandatangan kita. Kalau sudah terbiasa titip absen maka bisa saja terbawa ke dunia kerja. Ada orang yang kita percaya di kantor, dia tahu tandatangan kita, maka bisa jadi dia memalsukan tandatangan kita. Hal ini bisa sangat merugikan, apalagi kalau memalsukan tandatangan demi materi,” pungkasnya. n Tim Studenta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
mampir nich...
oh ea,, ada sedikit info tentang kayu jabon.mungkin pernah denger tentang kayu jabon ok.. SALAM.....
Posting Komentar